Menjadi Vegetarian, Mencegah Perubahan Iklim dan Mengurangi Emisi

Oleh: Ani Purwati – 20 Oct 2009

Pola makan vegan organik dapat mengurangi emisi karbon penyebab perubahan iklim. Untuk itu vegan organik bisa menjadi satu bagian upaya pencegahan perubahan iklim.

Menurut Murniati Kamarga dari Assosiasi Supreme Master Chinghai dalam konferensi pers di kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH), Jakarta (16/10), vegan organik adalah pola makan nabati tanpa produk yang berasal dari hewan, yang diproduksi dengan sistem yang mendukung kesehatan tanah, ekosistem dan manusia.

“Apabila di seluruh dunia menerapkan pola yang sangat ramah lingkungan ini, maka 40% CO2 di atmosfir akan terserap, yang berarti  proses pembalikan pemanasan global dapat dilakukan dengan sangat cepat,” terang jurnalis dari Supreme Master Television ini.

Data statistik Institute for Ecological Economic Riset di Jerman menyebutkan bahwa seorang pemakan daging dalam setahun menghasilkan karbon sama dengan mengendarai mobil sejauh 5000 km setahun. Sementara orang dengan pola makan vegetarian menghasilkan karbon jauh lebih kecil (setengahnya), yaitu 2427 km setahun, pola makan vegan menghasilkan karbon sama dengan mengendarai mobil sejauh 627 km setahun dan pola makan vegan organik menghasilkan karbon 281 km setahun.

“Yang terpenting saat ini adalah apa yang bisa kita lakukan untuk turut mencegah perubahan iklim yang dampaknya sudah semakin nyata. Pola makan yang kita terapkan juga sebuah pilihan untuk berpartisipasi pencegahan perubahan iklim,” kata Vera Gunawan yang bergabung dengan Assosiasi Supreme Master Chinghai sejak 2002 ini.

Menurutnya, pola makan vegan organik juga bisa menghemat air. Dengan menerapkan pola makan vegan organik hanya membutuhkan air 98 galon air untuk menghasilkan sepiring produk ini. Mulai dari penanaman hingga penyajian vegan organik. Sedangkan untuk menghasilkan 250 gram steak membutuhkan air jauh lebih besar, yaitu 1200 galon air. Mulai dari proses pemeliharaan sapi hingga penyajian dagingnya menjadi steak.

Laporan PBB (Food and Agricultural Organization, FAO) pada 2006 yang berjudul “Livestock Longshadow” menyebutkan bahwa sektor utama yang menyumbang pemanasan global sebesar 18% adalah sektor peternakan, jauh melebihi sektor transportasi seluruh dunia digabungkan (13%). Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Gidon Eshel dan Dr Pamela Martin menunjukkan, seorang yang mengubah pola makan daging menjadi pola makan nabati dengan standar Amerika akan menghemat 1,5 ton CO2 tiap tahunnya.

Selain itu pada saat ini terjadi ketidakseimbangan pendistribusian pangan. Sebagai contoh, 74% kedelai digunakan untuk penggemukan ternak, sedangkan yang langsung dikonsumsi manusia hanya 26%. Pada 2009 ini FAO menyebutkan bahwa sekitar 1,02 milyar orang menderita kelaparan. Berdasarkan fakta tersebut, segala upaya untuk menghentikan pemanasan global dan krisis ketersediaan pangan perlu dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dunia.

Sebagai negara pertanian, Indonesia dapat sangat berperan membantu kesejahteraan masyarakat, mengurangi jumlah kelaparan dunia dan menyelamatkan bumi melalui sebuah sistem pertanian yang berkelanjutan dan sangat ramah lingkungan, yaitu vegan organik. Tema vegan organik sangat perlu diketengahkan dan dipublikasikan agar kebijakan para pemimpin bangsa lebih terarah demi kelestarian bumi  dan kesejahteraan masyarakat dunia.

Sehat dan Ramah Lingkungan

Assosiasi Supreme Master Chinghai merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan. Selain menyalurkan berbagai macam bantuan untuk korban bencana, assosiasi yang terdiri dari relawan seluruh dunia ini juga aktif mengkampayekan pentingnya pola makan sehat dan ramah lingkungan seperti vegan organik. Menurut Vera yang memutuskan menerapkan pola makan vegan organik setelah melihat sapi menangis dan ayam dipotong ini, dirinya tidak merasakan lagi migran di kepalanya.

Selain itu, pola makan vegan organik juga bisa bermanfaat dalam pengurangan risiko penyakit dalam berbahaya seperti kanker. Bermacam manfaat itu akan dikupas dalam Seminar Solusi Perubahan iklim dengan tema “Vegan Organik untuk Kemakmuran dan Keselamatan Dunia dari Perubahan Iklim” yang akan diselenggarakan assosiasi bersama KNLH di Jakarta pada 22 Oktober nanti.

Seminar ini dilakukan menjelang pertemuan ilmuwan iklim di seluruh dunia atau yang kita kenal dengan IPCC ke-31 di Nusa Dua, Bali pada 26 Oktober 2009. Melalui seminar ini diharapkan semua peserta dari berbagai kalangan bisa menawarkan dan berbagi sebuah solusi bagi masalah lingkungan hidup yang kita hadapi di bumi saat ini.

[Sumber: Berita Bumi]

One thought on “Menjadi Vegetarian, Mencegah Perubahan Iklim dan Mengurangi Emisi

Tinggalkan komentar